Perhatian Islam Terhadap Perkembangan Janin
Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary
Perhatian Islam Terhadap Perkembangan Janin merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Mencetak Generasi Rabbani. Kajian ini disampaikan pada 15 Rajab 1441 H / 10 Maret 2020 M.
Kajian Islam Ilmiah Tentang Perhatian Islam Terhadap Perkembangan Janin
Kita masih membicarakan perkembangan fisik janin di dalam kandungan ibu. Islam telah memberikan beberapa peraturan-peraturan yang berkaitan dengan janin. Ini menunjukkan bahwa Islam memberikan perhatian yang begitu besar terhadap perkembangan janin. Diantaranya adalah para suami tetap berkewajiban memberikan nafkah kepada istri yang sedang hamil walaupun setelah dijatuhkan talak. Seperti yang disebutkan di dalam surat At-Talaq ayat 6:
وَإِن كُنَّ أُولَاتِ حَمْلٍ فَأَنفِقُوا عَلَيْهِنَّ حَتَّىٰ يَضَعْنَ حَمْلَهُنَّ
“Dan jika istri-istri yang sudah ditalaq itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya sampai mereka melahirkan.” (QS. At-Talaq[65]: 6)
Para ulama menjelaskan bahwa nafkah ini sebenarnya ditujukan kepada janin, bukan kepada ibu yang mengandungnya. Apabila ayah si janin tidak sanggup menafkahi atau meninggal dunia, maka kewajiban tersebut menjadi tanggungjawab keluarga-keluarganya yang lain. Demikian dijelaskan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah di dalam Majmu‘ al–Fatawa. Itu berkenaan dengan pertumbuhan fisiknya atau jasmaninya.
Perkembangan psikologi janin
Adapun berkenaan dengan perkembangan psikologi/kejiwaan si janin, salah satu hikmah yang agung adalah tidak gugurnya kewajiban shalat bagi ibu hamil. Bagaimanapun beratnya kehamilan yang dijalani, shalat harus tetap dilaksanakan disamping merupakan kewajiban syariat yang wajib dilakukannya.
Ada beberapa hikmah dibalik pensyariatan ini. Diantaranya adalah:
- perkembangan psikologi yang baik bagi si janin maupun bagi ibu hamil itu sendiri,
- mempertebal sifat tawakal dan ridha terhadap amanah yang Allah akan berikan kepadanya,
- dunia kedokteran modern telah membuktikan juga bahwa gerakan-gerakan berpengaruh sangat baik terhadap ibu yang hamil maupun terhadap janin tersebut.
Jadi ini merupakan bentuk perhatian Islam terhadap janin. Maka ada beberapa perhatian khusus atau bentuk kasih sayang yang seharusnya diberikan kepada janin maupun kepada ibu hamil. Kita tahu bahwa manusia juga mengetahui betapa besar hak wanita-wanita hamil ini sehingga di beberapa moda transportasi disediakan kursi khusus untuk ibu hamil dan orang tua. Ini menunjukkan memang selayaknya masyarakat memberikan perhatiannya dan pelayanan khusus kepada ibu-ibu hamil.
Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan (baik itu dilakukan oleh kedua orang tuanya ataupun oleh orang-orang yang ada di sekitarnya). Diantaranya adalah:
1. Banyak berdoa dan berdzikir
Doa merupakan instrumen terampuh untuk membawa kesuksesan. Doa memberikan semangat dan optimisme untuk meraih apa yang diinginkan. Dan pada saat yang bersamaan membuka pintu hati untuk menggantungkan semua harapan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Melalui doa seseorang tidak hanya akan terobsesi serta tersugesti, melainkan juga termotivasi untuk menjadi lebih kuat, tangguh dan penuh optimisme, percaya diri dan memiliki harapan pasti. Sehingga mampu memikul tugas dan tanggung jawab yang berat. Karena mengandung melahirkan dan mengasuh ini adalah suatu pekerjaan yang berat.
Itulah kebiasaan yang dilakukan oleh para Nabi dan orang-orang shalih sebelum kita terkait anak-anak keturunan mereka. Contohnya Nabi Ibrahim khalilullah ‘Alaihis Salam, beliau berdoa seperti yang Allah sebutkan dalam surat Shaffat ayat 100 Allah mengatakan:
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ ﴿١٠٠﴾
“Ya Rabb, anugerahkanlah kepadaku seorang anak yang shalih.” (QS. Ash-Shaffat[37]: 100)
Jadi beliau minta kepada Allah anak keturunan yang shalih. Demikian juga Nabi Zakaria, beliau berdoa:
رَبِّ هَبْ لِي مِن لَّدُنكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً
“Ya Rabb, berikanlah kepadaku keturunan yang baik dari sisiMu.” (QS. Ali-Imran[3]: 38)
Maksudnya, jadikanlah anak kami sebagai anak yang shalih, berakhlak mulia, beradab, agar sempurna nikmat dunia dan akhiratnya.
Jadi ini para Nabi, mereka berdoa untuk anak-anak keturunan mereka. Karena mereka juga memahami dan mengetahui bahwa keshalihan mereka tidak merupakan jaminan keshalihan anak-anak mereka. Kedudukan mereka sebagai Nabi tidak menjamin anak-anak mereka akan menjadi anak-anak shalih. Karena Allah mengatakan:
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَـٰكِنَّ اللَّـهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ
“Engkau tidak akan dapat memberikan hidayah kepada orang-orang yang engkau cintai, namun Allah memberikan hidayah kepada siapa yang dikehendakiNya.” (QS. Al-Qashash[28]: 56)
Lihat juga: Hidayah Bukan Ditangan Kita
Maka berdoa dan banyak-banyak berdzikir kepada Allah. Doa baik itu doa masalah maupun doa ibadah. Inilah yang seharusnya dilakukan oleh para orang tua untuk anak-anak keturunan mereka. Terutama ibu yang sedang mengandung. Ini merupakan salah satu cara untuk memperkuat semangat dan optimismenya untuk menyambut kelahiran si jabang bayi. Karena dia akan menghadapi sesuatu yang sangat berat. Melahirkan itu adalah pertarungan antara hidup dan mati, demikian juga mengasuhnya adalah salah satu tugas yang berat. Tentunya ini ada di pundak ibu, maka dari itu hendaknya dia memperkuat dirinya dengan banyak-banyak berdoa. Dan mudah-mudahan dia dihindarkan dari segala hal yang buruk.
Banyak sekali hal-hal yang mengancam seperti yang sudah dibicarakan sebelumnya, ada sindrom yang kadangkala menghantui wanita-wanita yang melahirkan anak yaitu baby blues syndrome (rasa ketakutan yang berlebihan terhadap si jabang bayi) yang kerap kali setan menggunakan itu, membisikkan hal-hal buruk kepada si ibu dan banyak lagi hal-hal yang lainnya. Tentunya seorang ibu perlu banyak-banyak berdoa dan berdzikir, jangan lalai dan lengah, karena dia menghadapi suatu perkara yang besar yang bisa saja merenggut nyawanya.
Memohon kemudahan dari Allah
Maka hendaknya dia berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala:
اَللَّهُمَّ لاَ سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلْتَهُ سَهْلاً
“Ya Allah, tidak ada yang mudah kecuali engkau jadikan mudah.”
Demikian melahirkan. Kadang-kadang kita lihat proses melahirkan ini ada yang Allah mudahkan, ada yang Allah susahkan. Ada yang berjam-jam bahkan sampai hitungan hari untuk menunggu keluarnya si jabang bayi. Kadang-kadang mentok dan akhirnya harus menjalani proses medis yaitu operasi. Aada yang dimudahkan, sangat mudah sekali sehingga hampir tidak terasa melahirkan itu baginya. Ini adalah kemudahan dari Allah yang perlu kita minta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, khususnya ibu yang mengandung. Hendaknya dia banyak-banyak berdoa mendekatkan diri kepada Allah dengan ibadah doa tadi. Memohon kepada Allah, mudah-mudahan proses persalinannya dimudahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dan tentunya harapan semua wanita yang hamil adalah bisa melahirkan secara normal, tidak melalui proses operasi atau jenisnya. Itu adalah harapan dan keinginan atau cita-cita setiap wanita yang hamil. Ingin agar mudah persalinannya. Maka jangan lupa, tidak ada yang mudah kecuali yang Allah jadikan mudah. Dan jika Allah menghendaki, sesuatu yang mudah bisa menjadi susah.
Doanya merupakan salah satu sebab berubahnya keadaan
Maka kita harus tahu bahwa doanya merupakan salah satu sebab berubahnya keadaan para hamba. Dan banyak pula kebaikan yang mengalir karena doa. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
لاَ يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلاَّ الدُّعَاءُ وَلاَ يَزِيدُ فِى الْعُمُرِ إِلاَّ الْبِرُّ
“Tidak ada yang bisa mengubah ketetapan Allah seperti doa dan tidak ada yang bisa menambah umur seperti amal kebaikan.” (HR. Tirmidzi)
Allah Subhanahu wa Ta’ala bisa saja merubah ataupun mengganti suatu perkara dari susah menjadi mudah, Allah bisa merubah ketetapan dari pendek menjadi panjang. Karena dua sebab ini; yaitu doa yang merupakan hubungan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kebaikan yang merupakan hubungan kita kepada sesama manusia.
Doa dapat merubah ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tentunya ini tidak merubah apa yang ada di Lauhul Mahfudz. Apa yang ditulis oleh Allah di Lauhul Mahfudz tidak akan berubah sampai hari kiamat. Namun doa ini merupakan sebab terbesar. Kita tidak tahu apa yang tertulis di Lauhul Mahfudz, karena segala sesuatunya pasti ada sebab dan akibatnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala menuliskan akibat dan Allah juga menuliskan sebab-sebabnya. Misalnya orang itu kenyang karena makan, dua-duanya sudah ditulis. Baik kenyangnya maupun makannya. Demikian juga segala sesuatu telah Allah tuliskan akibat dan sebabnya. Dan kita adalah makhluk yang tidak besar lepas dari hukum sebab akibat. Apa yang kita jalani adalah akibat dari perbuatan yang kita lakukan. Maka Nabi menjelaskan kepada kita bahwa doa ini adalah salah satu sebab terbesar dan terkuat yang merubah ketetapan-ketetapan Allah dari yang buruk menjadi baik, dari yang sulit menjadi mudah. Maka banyak-banyak berdoa, kita tidak tahu faktor apa yang bisa merubah itu. Boleh jadi banyak orang yang jadi kaya karena doa, bukan karena yang lainnya. Kalaupun dia lakukan sebab-sebab yang lainnya belum tentu dia jadi kaya. Tapi karena dia mungkin pernah berdoa dan doanya diijabah oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, terjadilah.
Demikian juga mungkin ada orang yang seperti Ibnu Hajar, dia mengakui bahwa ia mendapatkan kedudukan dan keutamaan ilmu itu karena dia pernah berdoa. Setelah minum air zam-zam dia pernah berdoa untuk dijadikan seperti gurunya yaitu Al-Imam Adz-Dzahabi. Dan Allah mengabulkan doa itu dan dia merasa bahwa itu adalah sebab doa yang dia lantunkan pada sejauh sebelumnya.
Jadi mungkin ada banyak hal-hal yang bisa berubah karena doa. Maka dari itu Nabi mengatakan:
فَعَلَيْكُمْ عِبَادَ اللَّهِ بِالدُّعَاءِ
“Hendaklah hamba Allah itu memperbanyak doa.” (HR. Tirmidzi)
Allah lebih banyak mengabulkan apa-apa yang kita minta, Allah banyak memberikan lebih daripada yang kita minta karena doa. Dan Allah menyukai hamba-hamba yang suka berdoa. Karena doa ini merupakan salah satu tanda bahwa hamba itu menggantungkan hatinya kepada Allah, harapannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, ini bukti bahwa dia adalah hamba yang membutuhkan penciptanya, Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ini menunjukkan hubungan yang baik antara hHamba dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka dari itu jangan bosan berdoa, sebagaimana yang dikatakan oleh Nabi Zakaria:
وَلَمْ أَكُن بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيًّا
“Ya Allah aku tidak pernah kecewa berdoa kepadamu.” (QS. Maryam[19]: 4)
Itu pada saat Nabi Zakaria memohon kepada Allah agar diberi anak keturunan. Beliau terus berdoa. Bukan satu atau dua hari, satu dua bulan, satu dua tahun, mungkin bertahun-tahun beliau meminta kepada Allah agar diberi anak keturunan. Karena ini baru dikabulkan Allah ketika usia beliau sudah tua, baru Allah kabulkan. Bisa kita bayangkan betapa lama Nabi Zakaria itu memohon kepada Allah agar diberi anak keturunan.
Demikian pula kita, kita harus mengambil contoh dan teladan dari Nabi yang mulia ini, bahwa jangan pernah kecewa berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan jangan pernah katakan: “Ya Allah, Engkau tidak pernah mengabulkan permohonanku.” Allah mengabulkannya selama doa itu tidak mengandung dosa, pemutusan silaturrahim, Allah akan kabulkan.
Doa harus dilakukan dengan optimis
Selama doa itu bukanlah perkara yang mengandung dosa atau kita minta sesuatu yang mustahil, itu tidak boleh. Misalnya kita minta: “Ya Allah, jadikanlah aku Nabi.” Itu tidak boleh. Atau mengandung unsur pemutusan silaturrahim, memutus hubungan kita dengan manusia, ini juga tidak boleh dilakukan. Selama doa itu tidak mengandung dua perkara tersebut, Allah menjamin akan mengabulkan permintaan seorang muslim.
Maka jangan kita merasa kecewa atau pun merasa doa kita tidak didengar oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Doa harus dilakukan dengan optimis. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:
ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ
“Berdoalah kamu kepada Allah dengan keyakinan doa kamu akan dikabulkan.” (HR. Tirmidzi)
Ini ada dua perkara yang harus kita yakini Allah akan menerimanya. Karena berbahaya kalau kita merasa Allah tidak memperkenankannya. Yang pertama adalah doa, yang kedua adalah taubat. Doa dan taubat ini kita harus yakin Allah menerimanya. Karena kalau kita raguو ini menyebabkan doa kita tidak didengar dan tidak diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena Allah tidak akan menerima doa dari orang-orang yang tergesa-gesar yang mengatakan: “Aku sudah berdoa, tapi Allah tidak memperkenankannya untukku.” Ini orang yang tergesa-gesa, Allah tidak akan terima doanya itu. Karena dia tidak melakukannya dengan sungguh-sungguh.
Sama seperti kita berobat, kita harus yakin bahwa obat itu menyembuhkan kita. Kalau tidak, Allah tidak akan memberikan kesembuhan itu kepada kita. Banyak orang yang -misalnya- minum madu, makan habbatussauda atau makan kurma atau obat-obat yang lainnya tapi dia tidak yakin misalnya makan 7 butir kurma akan mencegah dari pengaruh sihir dan racun, kita harus yakin. Karena ada orang yang melakukan terapi-terapi Nabawi tapi tidak sembuh, mungkin karena dia tidak yakin dengan hal itu. Harus dibarengi dengan keyakinan. Sama dengan doa juga, harus yakin.
Yang kedua taubat. Taubat juga kita harus yakin bahwa Allah menerima taubat kita. Karena sebagian orang ada yang bertaubat lalu dia bertanya, “Ya Ustadz, apakah taubat saya diterima?” Pertanyaan ini mengandung dua kemungkinan; kemungkinan pertama dia ragu dan ini tidak boleh. Dia tidak boleh ragu, dia harus yakin taubatnya diterima. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala menyuruh kita bertaubat:
وَتُوبُوا إِلَى اللَّـهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ
“Bertaubatlah kamu semua wahai orang-orang yang beriman.”
Mustahil Allah menyuruh sesuatu tapi Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menerimanya. Namun ada orang yang taubatnya tidak diterima karena tidak memenuhi syarat-syaratnya. Penuhi syarat-syaratnya dan yakini taubat kita diterima. Itu kemungkinan pertama, dia ragu-ragu. Ini tidak boleh. Ini harus ditepis, ini adalah bisikan setan ke dalam hatinya. Ini sangat berbahaya. Orang yang ragu-ragu taubatnya diterima, dia akan kembali kepada dosa. Maka tidak boleh ragu bahwa taubat kita diterima, harus yakin.
Kemungkinan yang kedua dia tidak tahu kalau Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Penerima Taubat, Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Pengampun, Maha Penyayang, Maha Pemaaf, ini adalah sifat-sifat Allah ada di dalam Nama-NamaNya yang Husna.
Itu dua perkara yang kita harus yakin bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menerimanya. Yaitu doa dan taubat.
Itu yang berkaitan dengan hablum minallah, adapun hablum minannas adalah kebaikan. Kebaikan yang kita sebar, kebaikan yang kita lakukan untuk manusia, bahkan untuk makhluk hidup dan alam semesta, kepada benda-benda mati sekalipun, misalnya kita menjaga tanaman-tanaman, tidak kita tebangi secara dzalim, kita merusak alam, kita tidak berbuat kebaikan kepada alam, ini akan mengakibatkan kematian, manusia mungkin baru sadar atas kejahatannya terhadap alam setelah timbul korban jiwa.
Kebaikan itu akan menambah umur
Kebaikan itu akan menambah umur, kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ini juga tertulis di Lauhul Mahfudz. Allah Ta’ala menulis bahwa sebab manusia itu terjaga nyawanya karena mereka melakukan kebaikan. Karena sifat manusia yang Malaikat katakan di hadapan Allah: “Kenapa Engkau jadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi sementara kerja mereka adalah membuat kerusakan dan menumpahkan darah?” Termasuk juga kita merusak alam, kejahatan kita kepada alam, ini akan mengakibatkan umur tidak bertambah. Boleh jadi kita menjadi korbannya. Misalnya banjir, longsor dan bencana-bencana alam lainnya yang itu adalah akibat dari perbuatan manusia.
Atau kepada makhluk Allah yang lainnya, hewan misalnya. Hewan itu pada dasarnya mata rantai makanannya sudah ada, tapi ketika manusia mendzalimi hewan merambah hutan, memotong mata rantai makanannya, maka mereka memangsa manusia. Ahli-ahli binatang menyebutkan bahwa tidak ada sebenarnya keinginan macan harimau ular untuk memangsa manusia, tapi akhir-akhir ini kita sering mendengar harimau menerkam manusia, gajah masuk kampung mengobrak-abrik penduduk kampung itu, ular yang menelan manusia hidup-hidup ataupun utuh masuk ke dalam perutnya, ini ada sesuatu yang tidak biasa. Pakar-pakar hewan menyebutkan ini bukan tabiat hewan itu, tapi mungkin ini adalah karena kejahatan manusia terhadap hewan-hewan itu. Maka keburukannya kembali kepada manusia itu sendiri. Karena Allah sudah buat mata rantai makanan untuk hewan-hewan itu. Tabiat mereka tidak memangsa manusia. Tapi demikianlah kejahatan atau keburukan pada hewan itu akan menyebabkan umur tidak bertambah.
Apalagi keburukan dan kejahatan terhadap manusia. Ini akan melahirkan kejahatan-kejahatan, maka terjadilah apa yang dikatakan oleh para malaikat dihadapan Allah: “mereka menumpahkan darah satu sama lainnya.” Karena mereka menjauhi Al-Birr (kebaikan).
Maka ini menunjukkan bahwasannya Al-Birr (kebaikan) itu merupakan salah satu sebab diantara banyak sebab yang bisa menambah umur. Artinya menambah umur di sini yaitu kita bisa menjaga diri kita, itu sebab. Karena tentunya segala sesuatu ada kebab akibatnya. Kebaikan itu sebab umur mansia bertammbah. Dan memang orang-orang yang berbuat baik hatinya akan senantiasa tenang, jauh dari amarah dan dendam, hidupnya tentunya lebih bisa lebih baik. Sehat bukan hanya jasmani, tapi rohani. Karena manusia harusnya lebih takut kepada penyakit-penyakit rohani daripada penyakit-penyakit jasmani. Karena penyakit-penyakit rohani ini merupakan sebab lahirnya penyakit-penyakit jasmani.
Jadi hadits ini sangat agung menjelaskan kepada kita dua hal yang bisa mendatangkan dua kebaikan. Berubahnya dari yang buruk kepada yang baik dan bertambahnya umur kehidupan manusia di muka bumi karena dua hal; yaitu doa dan kebaikan. Itu yang perlu kita lakukan di dalam hidup kita, khususnya bagi ibu hamil perlu banyak-banyak berdoa dan banyak-banyak berbuat kebaikan. Mudah-mudahan Allah selamatkan dia di dalam melakukan proses persalinannya dan dikabulkan doa-doanya tersebut. Dan berubahlah dari yang buruk menjadi satu yang baik, dari yang susah menjadi sesuatu yang mudah.
Maka dari itu hendaknya ibu hamil banyak-banyak berdoa dan melakukan banyak-banyak kebaikan.
2. Sering membaca Al-Qur’an
Ini salah satu kegiatan ataupun amal yang perlu dilakukan oleh seorang ibu yang hamil. Karena ini merupakan salah satu cara pendekatan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu dengan membaca kalamnya. Salah satu perkara yang dianjurkan kepada para ibu hamil adalah banyak-banyak membaca Al-Qur’an. Karena ketika janin itu berusia lebih kurang 20 minggu atau 5 bulan, itu sudah dapat menyerap informasi melalui pengalaman-pengalaman, stimulasi ataupun sensasi yang diberikan ibunya.
Sebagaimana yang kita jelaskan sebelumnya bahwa alat-alat manusia sudah berfungsi walaupun belum sempurna sejak dia ada di dalam rahim ibunya. Dia bisa merekam, dia bisa mendengar, seperti yang kita jelaskan bahwa air ketuban itu juga merupakan pengantar suara yang paling baik, sudah dibuktikan. Walaupun mungkin orang mengatakan “saya tidak pernah mendengar ibu saya baca Qur’an waktu saya di dalam kandungan.” Ini sama seperti waktu kita lahir dan ibu kita menyenandungkan Al-Qur’an, kita sudah lupa juga. Tapi itu didengar oleh si bayi sebagaimana didengar oleh si janin. Tahukah kita bahwa ibu kita menyenandungkan Al-Qur’an waktu kita bayi?
Sebagian ibu justru meninabobokan dengan nyanyian-nyanyian atua lagu-lagu. Mungkin si bayi tidak ingat ketika sudah dewasa seperti sekarang. Tapi itu dilakukan oleh ibunya dan memberikan pengaruh terhadap si janin.
Maka dari itu salah satu usaha, hendaknya seorang ibu yang hamil banyak-banyak membaca Al-Qur’an. Di samping itu adalah suatu kebaikan bagi si ibu karena setiap huruf yang dibacanya itu akan melahirkan 10 kebaikan. Nabi mengatakan: “Aku tidak katakan Alif Lam Mim itu satu huruf, tapi Alif 1 huruf, lam 1 huruf dan mim 1 huruf.” Alif lam mim 30 kebaikan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak dalam kandungan yang diajarkan dua bahasa atau lebih selain bahasa ibu, itu menjadi lebih mudah memahami bahasa-bahasa tersebut setelah dia lahir. Wallahu A’lam Bishawab..
Download dan simak penjelasan lengkapnya pada menit ke-30:47
Lihat juga: Cara Mendidik Anak dan Pentingnya Mencetak Generasi Rabbani
Download mp3 Kajian Islam Tentang Perhatian Islam Terhadap Perkembangan Janin
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48412-perhatian-islam-terhadap-perkembangan-janin/